Anak tawar seks pada bapa agar dia tidak mengahwini tunangnya

Foto Hiasan - Google Images
HONG KONG - Seorang wanita didakwa di mahkamah kerana melakukan hubungan seks sumbang mahram dengan bapanya sendiri kerana tidak mahu lelaki itu berkahwin dengan tunangnya, lapor South China Morning Post. 

Mahkamah dimaklumkan bahawa, wanita berkenaan yang kini berusia 26 tahun didakwa melakukan hubungan seks dengan bapanya pada tahun 2009. 

Menurut peguamnya, laporan psikologi mendedahkan insiden itu berlaku apabila bapanya, Pengamal Perubatan Cina, mahu berkahwin dengan tunangnya. 

"Dia dalam keadaan terdesak dan kurang kasih sayang dari ibunya membuatkan dia terpaksa menawarkan hubungan seks dengan harapan bapanya berubah fikiran," katanya. 

Anak beranak itu yang hanya dinamakan sebagai C.C.M dan bapanya, C.P.K, 58, mengaku bersalah terhadap dua pertuduhan sumbang mahram. 

Mahkamah juga dimaklumkan, perbuatan sumbang mahram anak beranak itu terbongkar apabila adik wanita berkenaan menemui rakaman perhubungan seks kakak dan bapanya, sebelum membuat laporan polis. 

Terdahulu, wanita berkenaan pernah cuba memberitahu pendakwaraya bahawa dia mahu bertanggungjawab sepenuhnya agar bapanya dapat dibebaskan. 

Bagaimanapun, mahkamah menetap 12 Jun depan untuk menentukan hukuman terhadap anak beranak berkenaan. - The Reporter

Apakah Pengsan Membatalkan Puasa?

Image result for Apakah pingsan Membatalkan Puasa?


Pertanyaan:
Ustadz  apakah pingsan membatalkan puasa atau tidak?
Dari: Rahim

Jawaban:
Alhamdulillah, was shalatu was salamu ‘ala rasulillah
Pendapat dua ulama: Imam Syafii dan Imam Ahmad, bahwa orang yang pingsan ketika Ramadhan, tidak lepas dari 2 keadaaan:
Pertamapingsan sehari penuh
Maksudnya, orang ini mengalami pingsan dari sebelum fajar, sampai terbenam matahari. Orang yang mengalami pingsan semacam ini puasanya tidak sah, dan wajib mengqadha di hari yang lain.
Dalil bahwa puasanya tidak sah, karena orang yang berpuasa wajib melakukan niat. Berniat meninggalkan makan dan minum serta semua yang membatalkan puasa. Allah berfirman dalam hadis qudsi:
يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي
Orang yang berpuasa ini meninggalkan makan, minum, serta syahwatnya karena-Ku.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada hadis di atas, bentuk meninggalkan makan dan minum itu dikembalikan kepada orangnya. Artinya orang tersebut secara sengaja meninggalkan semua pembatal puasa. Sementara orang pingsan, tidak sadar, tentu saja tidak memiliki kesengajaan dalam meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa tersebut.
Sedangkan dalil wajibnya qadha, adalah firman Allah:
وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
Siapa yang sakit atau dalam kondisi safar, (sehingga dia tidak puasa) maka wajib mengqadha di hari yang lain.” (QS. Al-Baqarah: 185).
Artinya, siapa saja yang tidak berpuasa, baik karena sakit atau safar, atau karena sebab lainnya maka dia wajib qadha di hari yang lain.
Kedua, sempat sadar di siang hari, meskipun hanya sebentar.
Pada kondisi ini puasanya sah, baik sadarnya di waktu pagi, siang, atau sore hari.
An-Nawawi mengatakan, ketika beliau menyebutkan perselisihan di kalangan ulama dalam masalah ini:
وأصح الأقوال : يشترط الإفاقة في جزءٍ منه
Pendapat paling kuat, disyaratkan harus pernah sadar pada siang hari.
Maksudnya, syarat sahnya puasa orang yang pingsan, dia harus sadar beberapa saat di siang hari.
Alasan bahwa puasanya sah, ketika dia sadar di siang hari, karena orang ini telah mendapatkan waktu untuk menahan diri dari pembatal puasa secara umum.  (Hasyiyah Ibnu  Qosim untuk Ar-Raudhul Murbi’, 3:381)
Allahu a’lam
Disadur dari Fatwa Islam, no. 9245.
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa semata-mata pingsan, tidak membatalkan puasa, selama orang tersebut sempat sadar di siang hari, meskipun hanya sebentar.

Sumber : konsultasisyariah.com




via Bin Usrah

Mengapa Rokok Membatalkan Puasa dan Inhaler Tidak Membatalkan Puasa?

Image result for Inhaler Tidak Membatalkan Puasa?


Pertanyaan:
Assalamu`alaikum. Saya mau tanya kepada Ustadz, yaitu mengapa rokok dinyatakan membatalkan puasa dan inhaler tak membatalkan puasa, padahal keduanya sama-sama masuk melalui hidung dan pernapasan serta tak masuk saluran makan dan minum? Mohon penjelasan Ustadz. Jazakallah khairan.

Jawaban:
Wa’alaikumussalam.
Rokok termasuk benda yang haram untuk dikonsumsi. Tentang hukum haramnya, tidak diragukan lagi. Orang yang merokok ketika berpuasa maka puasanya batal. Sebabnya, karena asap rokok mengandung banyak kumpulan zat yang masuk sampai ke perut dan lambung.
Syekh Muhammad bin Utsaimin ditanya tentang hukum mencium minyak wangi. Beliau menjawab, “Diperbolehkan menggunakan minyak wangi di siang hari bulan Ramadan dan boleh menciumnya, kecuali dupa. Tidak boleh menghirup bau dupa, karena asap dupa memiliki banyak zat yang bisa masuk ke lambung, dan dupa merupakan asap.” (Fatawa Islamiyah, 2:128)
Asap rokok semisal dengan dupa; keduanya mengandung banyak zat. Hanya saja, keduanya berbeda hukumnya. Dupa hukumnya halal dan baik, sedangkan rokok hukumnya haram dan buruk.
Para ulama mengistilahkan merokok dengan “syurbud dukhan” (minum asap). Mereka menyebutnya dengan “syurbun” (minum). Tidak diragukan lagi bahwa asap rokok sampai ke lambung dan ke perut, sementara semua yang dimasukkan dan sampai ke perut dengan sengaja maka membatalkan puasa, baik benda itu bermanfaat maupun membahayakan. Sebagaimana ketika ada orang yang menelan biji tasbih atau potongan besi dengan sengaja, puasanya batal. Tidak disyaratkan harus makan dan minum yang membatalkan puasa harus mengenyangkan atau memberi manfaat kesehatan. Setiap yang dimasukkan ke perut dengan sengaja maka bisa dinamakan makan atau minum. (Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin, Fatawa Shiyam, no. 203 dan 204)


Sumber : konsultasisyariah.com




via Bin Usrah

Hukum Letak Obat Titis Mata Waktu Puasa

Image result for Obat Tetes Mata Waktu Puasa


Pertanyaan:
Bagaimana hukumnya obat tetes hidung, mata dan telinga bagi orang yang berpuasa?

Jawaban:
Obat tetes hidung jika tetesan itu sampai masuk ke dalam perut maka membatalkan puasa, seperti yang dijelaskan dalam hadits Luqaith bin Shabrah yang mana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya,
“Sempurnakanlah dalam membersihkan hidung, kecuali jika kalian sedang berpuasa.” (HR. Abu Dawud).
Orang yang berpuasa tidak boleh meneteskan obat tetes pada hidungnya hingga masuk ke dalam perutnya. Sedangkan jika tetesan itu tidak masuk ke dalam perut, maka tidak membatalkan.
Adapun tentang obat tetes mata dan obat tetes telinga tidak membatalkan puasa, karena tidak ada nash yang menjelaskan tentang kebatalannya dan tidak ada pula nash yang semakna dengannya. Mata bukanlah sarana untuk makan dan minum, begitu juga telinga, dia seperti pori-pori kulit lainnya. Sebagian ilmuwan berkata, bahwa jika seseorang digelitik telapak kakinya, maka dia akan merasakan sesuatu di tenggorokannya, tetapi hal itu tidak membatalkan puasa. Begitu juga orang yang memakai celak, memakai tetes mata, atau tetes hidung tidak membatalkan puasa, maupun mendapatkana rasa pada tenggorokan. Begitu juga jika seseorang mengolesi dirinya dengan minyak untuk berobat atau untuk selain berobat, maka hukumnya boleh. Begitu juga jika seseorang sakit sesak nafas, lalu menggunakan oksigen yang disalurkan ke mulutnya agar mudah bernafas tidak membatalkan puasa, karena hal itu tidak sampai ke perut, sehingga tidak dikategorikan makan atau minum.


Sumber : konsultasisyariah.com




via Bin Usrah

Bukan kes culik, tapi ditangkap bekas majikan kerana didakwa mencuri


KUALA LUMPUR - Susulan viral video yang mendakwa seorang wanita diculik sekumpulan lelaki, polis tampil menafikan dakwaan itu dan menjelaskan kejadian sebenar. 

Dalam kejadian yang berlaku pada jam 10.21 malam Selasa di Jalan Regalia Residence, Jalan Sultan Ismail, rakaman kamera litar tertutup (CCTV) menunjukkan wanita itu ditarik sekumpulan lima lelaki masuk ke dalam kereta.

Ketua Jabatan Siasatan Jenayah Kuala Lumpur, Senior Asisten Komisioner Rusdi Md Isa berkata, wanita berusia 23 tahun, warganegara Indonesia itu adaah suspek bagi kes curi yang dilaporkan di IPD Gombak. 

"Wanita itu yang bekerja sebagai pembantu rumah telah ditangkap oleh bekas majikannya berhubung kes curi, sebelum diserahkan kepada polis," katanya mengesahkan kes tersebut bukan kes culik. 

Rusdi berkata, kes itu disiasat mengikut Seksyen 381 Kanun Keseksaan.

Terdahulu, seorang pengguna Facebook, Adrian Ismail, meminta orang ramai menyebarkan video kejadian itu yagn mendakwa mangsa yang merupakan rakan sekerja rakannya itu telah diculik di lokasi kejadian.- The Reporter

Muntah Ketika Puasa, Adakah Sah Puasanya?

Image result for Apakah muntah bisa membatalkan puasa?
Pertanyaan:
Apakah muntah bisa membatalkan puasa?

Jawaban:
Jika seseorang muntah dengan sengaja maka batallah puasanya. Dan jika muntah tidak dengan sengaja, maka tidak batal. Dalil dari masalah ini adalah hadits Abu Hurairah, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang muntah dengan sengaja hendaklah dia meng-qadha’ dan barangsiapa yang muntah tidak dengan sengaja, maka tidak ada qadha’ baginya.” (HR. Abu Dawud).
Jika Anda muntah tidak karena sengaja, maka puasa Anda tidak batal. Jika seseorang merasa perutnya mual dan akan keluar sesuatu, maka kami katakan kepadanya, jangan dicegah dan jangan dipaksa-paksa untuk muntah? Bersikaplah biasa-biasa dan jangan memaksakan diri untuk memuntahkannya serta jangan ditahan-tahan. Jika Anda memaksakan diri dalam memuntahkannya, maka batallah puasa Anda dan jika dicegah akan membahayakan Anda. Maka, biarkan saja muntah itu keluar secara alami keluar tanpa ikut campur Anda, maka hal itu tidak akan membahayakan Anda dan tidak membatalkan puasa Anda.

Sumber : konsultasisyariah.com




via Bin Usrah

Hukum Puasa Musafir Pada Zaman Transportasi Moden

Image result for Hukum Puasa Musafir Pada Zaman Transportasi Modern


Pertanyaan:
Bagaimana hukumnya puasa pada musafir pada saat ini, karena canggihnya alat-alat transportasi modern, memungkinkan mereka tidak merasa keberatan untuk berpuasa dalam perjalanan?

Jawaban:
Seorang musafir yang berada dalam keadaan seperti itu boleh berpuasa dan boleh juga berbuka, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (Qs. al-Baqarah: 185).
Para sahabat yang keluar dalam perjalanan bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antara mereka ada yang berbuka dan ada yang berpuasa, sedangkan Nabi sendiri berpuasa dalam perjalanan, seperti yang dikatakan oleh Abu Darda’ radhiallahu ‘anhu, “Kami pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan dalam cuaca yang panas terik, sehingga ada sebagian dari kami yang terpaksa meletakkan tangan di atas kepala bagian dari kami yang terpaksa meletakkan tangan di atas kepala untuk berlindung dari panas matahari. Di kalanagan kami tidak ada yang berpuasa selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abdullah bin Rawahah.” (HR. Muttafaq ‘alaih).
Kaidah bagi seorang musafir, dia boleh memilih antara berbuka dan puasa, tetapi jika puasa tidak memberatkannya, maka itu lebih baik; karena puasa dalam perjalanan mempunyai tiga faidah:
Pertama, mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kedua, mudah, atau mudah puasa bersama orang banyak; karena jika seseorang berpuasa bersama-sama dengan orang banyak lebih ringan (mudah) baginya.
Ketiga, cepat terbebas dari tanggung jawab.
Jika dia merasa keberatan untuk berpuasa, maka sebaiknya dia tidak berpuasa. Tidak baik berpuasa di perjalanan dalam keadaan seperti ini, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang laki-laki yang lemas dan orang-orang berkerumun di sekitarnya. Nabi bertanya, “Mengapa dia?” Mereka menjawab, “Berpuasa.” Beliau bersabda, “Tidak baik puasa dalam perjalanan.” (HR. al-Bukhari dan Muslim). Hadits ini berlaku umum bagi siapa saja yang mengalami kesulitan untuk berpuasa di perjalanan.
Dengan demikian kami katakan, “Jika perjalanan di waktu sekarang mudah – seperti yang dikatakan penanya – sehingga tidak memberatkan kebanyakan musafir untuk berpuasa, jika puasa tidak memberatkannya, maka lebih baik dia berpuasa.”

Sumber : konsultasisyariah.com




via Bin Usrah

Baru Tahu Suci dari Haid Setelah Subuh

Related image


Pertanyaan:
Jika ada wanita haid yang setelah subuh baru mengetahui bahwa dia telah suci, apakah dia wajib puasa di hari itu atau harus mengqadhanya, karena dia belum berniat di malam hari?

Jawaban:
Alhamdulillah washshalatu wassalamu ‘ala Rasulillah.
Wanita haid yang telah suci sebelum subuh dan setelah subuh baru tahu bahwa dirinya telah suci, sementara dia belum mengonsumsi apa pun, maka hendaknya dia lanjutkan puasa dan puasanya sah, serta tidak wajib qadha, karena berniat puasa di malam hari tidak mungkin dia lakukan. Ada yang mengatakan bahwa keadaan ini merupakan pengecualian terhadap yang disebutkan dalam hadis dari Hafshah radhiallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من لم يجمع الصيام قبل الفجر فلا صيام له
Siapa saja yang belum berniat puasa sebelum fajar maka tidak ada puasa baginya.’ (H.r. Abu Daud, Nasa’i, dan Turmudzi; dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Shahih Jami’ush Shaghir, no. 6538)
Hadis di atas merupakan dalil wajibnya niat, dan berniat harus dilakukan di malam hari. Hanya saja, kewajiban ini dipahami untuk orang yang mampu untuk itu, karena tidak ada beban syariat kecuali sesuai kemampuan. Dengan demikian, hadis ini dikecualikan untuk orang yang tidak mampu, sementara dia baru tahu di siang hari bahwa dia harus puasa. Seperti, anak kecil yang baru balig, orang gila yang baru sadar, orang kafir yang baru masuk islam, atau orang yang orang yang baru tahu di siang hari bahwa hari itu sudah tanggal 1 Ramadan. Ini sebagaimana hadis dari Salamah bin Akwa’ dan dari Rubayi’ binti Mu’awidz bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan seseorang dari Bani Aslam untuk mengumumkan, “Siapa saja yang sudah makan hendaknya dia puasa di sisa harinya dan siapa yang belum makan, jangan makan.” (H.r. Bukhari dan Muslim)
Allahu a’lam.
Sumber : konsultasisyariah.com



via Bin Usrah

Bayi terus nak berjalan selepas dilahirkan


BRAZIL - Baru beberapa minit keluar dari rahim ibunya, bayi perempuan ini dah cuba nak melangkah kedua belah kakinya, mengejutkan kakitangan hospital. 

Dalam video viral itu menunjukkan seorang bidan sedang memegang bayi perempuan berkenaan yang dilihat cuba berjalan. 

"Tengok ni, dia berjalan!" katanya. 

"Tunggu, saya nak rakam video bayi ini," kata kakitangan lain yang berada di bilik tersebut. 

Mereka kemudian memanggil beberapa lagi rakan mereka yang lain untuk menyaksi keajaiban itu. 

Menurut bidan berkenaan, dia sebelum itu cuba memandikannya tetapi bayi itu mahu berdiri dan berjalan. 

"Saya cuba mandikan dia tetapi dia nak berdiri dan berjalan. Dia berjalan dari sini ke sini," katanya sampai menunjukkan jarak yang dilalui bayi berkenaan. 

Video viral itu telah ditonton lebih 50 juta kali dan 1.3 juta perkongsian di Facebook. 

Difahamkan video itu dirakam di Hospital Santa Cruz, Rio Grande do Sul, selatan Brazil. 

Kebiasaannya bayi yang baru lahir mengambil masa 12 bulan untuk belajar berjalan selepas melalui beberapa proses perkembangan bayi. - The Reporter

Bahaya Minum Air Sejuk Ketika Berbuka



Setelah seharian kita menahan lapar dan dahaga, sudah pasti kita mahu sesuatu yang menyegarkan. Salah satunya adalah dengan mengambil air sejuk. Dengan air sejuk rasanya tubuh akan kembali segar. Tapi, tahukah anda apabila kita berbuka dengan mengambil air sejuk kesihatan kita boleh terganggu.

Menurut kajian, minum minuman sejuk ketika berbuka puasa boleh menyebabkan kejang pada perut. Selama 14 jam perut dalam keadaan kosong apabila diisi dengan air sejuk, maka perut akan terkejut dan menyebabkan penguncupan. Inilah yang menyebabkan kita terdedah dengan penyakit ulser.

Selain itu, apabila kita sering mengambil air sejuk, berat badan kita akan bertambah. Mengapa demikian? Kerana air sejuk boleh membekukan lemak yang ada di darah kita. Sehingga menyebabkan peredaran darah tidak lancar. Apabila darah tidak lancar maka proses pembakaran lemak dan metabolisme tubuh akan terganggu. Dan ini boleh menyebabkan badan menjadi gemuk. Ketika kita sudah makan dan mengambil minuman sejuk, maka air sejuk itu boleh menyempitkan usus dan menggangu proses pencernaan. Akibatnya perut boleh menjadi buncit.

Oleh itu, untuk kita terhindar dari gangguan kesihatan sepanjang berpuasa, alangkah baiknya kita atur pola pemakanan kita. Biasakan ketika berbuka puasa bermula dengan meminum air putih yang tidak sejuk. Lalu kita juga boleh mengambil makanan yang bersifat manis seperti kurma dan manisan. Selepas 5-10 minit, barulah kita boleh mengambil air sejuk kerana keadaan perut sudah stabil.

Sumber: Detik Islam


via Bin Usrah

Tips Untuk Elakkan Pembaziran Di Bulan Ramadhan



Bulan Ramadan sering dijadikan sebagai bulan berbelanja, sama ada membeli belah di bazar untuk berbuka, ataupun persiapan perayaan yang sering disambut dengan gilang-gemilang.
Kadang-kadang dalam keghairahan menyediakan persiapan itu, kita terlupa bahawa kita telah melakukan pembaziran. Allah SWT sangat tidak menyukai perbuatan ini.
Larangan mengenai pembaziran telah Allah SWT jelaskan dalam firmanNya;


“Dan berikanlah kepada kerabatmu dan orang miskin serta orang musafir haknya masing-masing dan janganlah engkau membelanjakan hartamu dengan melampau-lampau. Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara-saudara syaitan, sedang syaitan itu pula adalah makhluk yang sangat kufur kepada TuhanNya.”(al-Isra’ : 26 dan 27)

Terdapat beberapa cadangan dalam usaha kita mengelak pembaziran, antaranya;

#1 – Membuat Rekod Pembelian

Membuat kira-kira ini mestilah berdasarkan rancangan untuk membeli berdasarkan kemampuan sendiri. Catat terlebih dahulu barangan yang hendak dibeli mengikut nilaian yang paling penting. Kemudian, bandingkan dengan wang yang dimiliki, sama ada mencukupi ataupun tidak.
Rancangan pembelian ini bertujuan penting untuk meminimumkan perbelanjaan dan mengelakkan pembaziran.

#2 – Membuat Kajian Harga

Dalam keghairahan membeli barangan, jangan lupa untuk mengkaji harga terlebih dahulu, iaitu membandingkan harga-harga di kedai yang berlainan. Kadang-kadang, terdapat banyak perbezaan harga walau pada barang yang sama. Hal ini supaya dapat mengelakkan perbelanjaan yang lebih untuk sesuatu barang yang lebih murah nilainya.

#3 – Cuba Mengawal Nafsu Dan Kehendak

Bukan hanya ketika berpuasa sahaja kita perlu menahan nafsu dan kehendak, malah ketika berbelanja juga begitu. Semasa membuat persiapan, jangan terlalu mengikut perasaan. Elakkan membeli juadah berbuka secara berlebihan kemudian makanan itu dibuang begitu sahaja kerana tidak habis dimakan. Bukankah itu sudah membazir?
Begitu juga dengan persiapan perayaan, belilah secara berhemah. Jangan membeli kerana memenuhi keinginan dan kehendak mahupun untuk menunjuk-nunjuk kepada jiran.

#4 – Mengawal Wang Tunai

Bagi golongan yang sukar untuk mengawal kehendak semasa membeli, cuba kawal aliran pengeluaran tunai dengan wang yang cukup-cukup untuk membeli barangan penting sahaja. Ini bagi mengelakkan tindakan ‘terlebih berbelanja’ tanpa dirancang.

#5 – Berbuka Puasa Dan Bersahur Di Rumah

Berbuka di rumah adalah lebih menjimatkan daripada berbuka di luar seperti di restoran, hotel atau sebagainya. Ini kerana di tempat yang selesa sebegitu kita terpaksa membayar dengan harga yang lebih mahal untuk makanan yang boleh kita dapati di rumah sahaja.

#6 – Bertukar-Tukar Juadah

Hal ini boleh dipraktikkan ketika bulan puasa ataupun pada hari raya Aidilfitri. Bertukar-tukar juadah dengan jiran tetangga ataupun kenalan dapat menjimatkan, selain mampu mengeratkan hubungan sesama masyarakat.
Sehubungan itu, sebagai umat Islam, selain dilarang melakukan perkara yang lalai dan merugikan, kita juga ditegah melakukan perbuatan yang membazir. Pembaziran adalah perbuatan yang dilarang pada bila-bila masa pun, bukan pada bulan Ramadan sahaja. Jadi carilah cara bagi mengelakkan diri tergolong dalam golongan yang kerap membazir ini.
Bulan Ramadan adalah bulan yang suci berbanding bulan-bulan yang lain, jadi hiasilah bulan Ramadan dengan perkara-perkara yang baik dan jauhkanlah diri dari hal yang tidak disukai Allah SWT. Semoga ruang untuk melakukan pembaziran pada bulan Ramadan dibendung dengan sifat bersederhana dan sifat-sifat baik yang lain.

Sumber: Utara News


via Bin Usrah

Kita Tak Perasan, Sebenarnye Kita Banyak Membazir Di Bulan Ramadhan





RAMADAN menjelma lagi dan seperti biasa umat Islam di seluruh dunia terus menunaikan ibadat berpuasa serta menghidupkan malam harinya dengan melakukan ibadat terawih di masjid-masjid dan surau-surau.

Ramadan adalah bulan yang sangat mulia, pada hakikatnya, kita perlu bersedia untuk menyambut kedatangan bulan ini dengan sambutan dan harapan agar ia akan menjadikan kita sebagai manusia yang lebih baik di sisi ALLAH.

Laporan khas sebuah media berhubung berbuka puasa ala bufet yang kini semakin popular dalam kalangan umat Islam di negara ini menunjukkan kehidupan umat Islam di negara ini pada masa kini semakin dilimpahi dengan kemewahan.

Setiap kali Ramadan menjelma, Persatuan Pengguna Pulau Pinang (CAP) tetap menyuarakan pandangan kepada umat Islam agar mengelakkan pembaziran dan kegelojohan di bulan Ramadan dan bulan-bulan yang lain serta turut menginsafi akan nasib umat Islam di negara lain yang tidak bernasib baik dalam memenuhi keperluan harian mereka.

Sepanjang Ramadan umat Islam digalakkan memakan makanan yang berkhasiat semasa berbuka dan bersahur, serta ditegah daripada melakukan pembaziran, tetapi malangnya masih ramai daripada kita yang memasak terlalu banyak hidangan atau dengan jalan paling mudah ialah membeli pelbagai juadah makanan dan  minuman yang begitu banyak dijual di pasar dan bazar Ramadan yang dibuka bagaikan cendawan tumbuh selepas hujan pada bulan puasa.

Disebabkan terlalu banyak makanan yang dihidangkan, kebanyakannya tidak termakan dan akhirnya terbuang begitu sahaja, pembaziran seumpama ini amat dilarang oleh Islam dan menyalahi konsep Ramadan itu sendiri.

Saban tahun apabila tiba sahaja Ramadan, hotel-hotel dan restoran mula dibanjiri dengan iklan bufet Ramadan bagi mempengaruhi umat Islam agar supaya berbuka puasa di sana dan pada tahun ini harga bufet Ramadan yang ditawarkan oleh hotel dan restoran telah meningkat.

Dengan kadar bayaran dan harga serendah RM28 ++ hinggalah RM100++, seseorang itu boleh makan dan minum seberapa banyak yang disukai dengan pelbagai hidangan sehingga menjangkau lebih daripada 120 sajian bufet dan makanan pencuci mulut yang begitu menyelerakan.

Bufet Ramadan ini turut diiringi dengan persembahan musik dan persembahan keroncong serta Ghazal malah ada yang menyediakan penghibur tempatan secara langsung ketika pengunjung sedang menjamu selera yang secara tidak langsung akan mengalih perhatian dan melalaikan daripada menghayati hikmah ibadah puasa itu sendiri di bulan yang mulia ini.

Terdapat juga hotel yang menyediakan kemudahan surau untuk memudahkan pengunjungnya menunaikan solat wajib dan solat sunat terawih, memandangkan Ramadan bulan yang mulia maka adalah lebih besar fadhilatnya untuk kita mengimarahkan masjid-masjid.

Biasanya pengunjung yang menikmati hidangan berbuka puasa secara bufet ini akan tertarik kepada makanan yang berbau harum dan kelihatan enak dimakan malah deria bau dan pandang sering menyebabkan seseorang itu mengambil makanan yang melebihi keperluannya.

Walaupun sikap melahap makanan ditegah dalam Islam, namun tiada apa yang dapat menghalang umat Islam daripada tunduk kepada nafsu makan mereka ketika berbuka, malah ada pula sesetengahnya beranggapan mereka perlu makan seberapa banyak yang mungkin supaya berbaloi dengan wang yang dikeluarkan.

Disebabkan terlalu banyak makanan diletakkan ke dalam pinggan, ramai orang yang tidak mampu menghabiskannya, dan akhirnya makanan itu terbuang begitu sahaja sedangkan berlebih-lebihan sehingga mendatangkan pembaziran adalah bukan sebahagian daripada ajaran Islam.

Adakah umat Islam tidak menyedari bahawa makanan adalah kurniaan ALLAH SWT yang amat besar untuk kita dan kita akan disoal di akhirat nanti mengenai pembaziran yang kita lakukan?
Ingatlah firman ALLAH SWT dalam Surah Al  A’raaf, ayat 3, “Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” Manakala Surah Al Israa’, ayat 26 dan 27, “Dan janganlah kamu membazir, sesungguhnya orang yang membazir itu saudara syaitan.”
Jika kita meneliti semula jumlah makanan yang dibazirkan pada bulan Ramadan terutama bufet di hotel, kita akan menyedari bahawa ummah masa kini pada umumnya sudah kehilangan perasaan kasih sayang sesama sendiri.
Ketika ramai berpeluang menikmati makanan terbaik untuk diri sendiri dan keluarga sehingga ke tahap pembaziran, mereka lupa bahawa masih ada lagi saudara seagama dengan mereka yang menderita dalam kemiskinan dan kelaparan.
Apa yang berlaku ini amat bertentangan sekali dengan amalan Islam dan keadaan ini amat memalukan kerana perkara ini berlaku di negara ini. Ia juga memalukan untuk menggalakkan dan mempromosikan kegelojohan.

Selain pembaziran makanan, banyak masa terbuang ketika berbuka di hotel kerana mereka cenderung untuk makan dengan banyak sehingga menjadi terlalu kenyang yang memungkinkan kesukaran untuk menunaikan ibadat solat khususnya solat terawih di masjid.

Suasana serta amalan berbuka puasa di hotel seperti yang disebutkan di atas langsung tidak mencerminkan keberkesanan dan keberkatan ibadat puasa itu sendiri yang antara lain menuntut ummah agar tidak keterlaluan makan dan minum yang sekali gus membawa kepada pembaziran.

Ingatlah akan sabda Nabi Muhamad SAW, “Lawanlah nafsu makanmu dengan menahan lapar dan dahaga kerana ganjaran pahalanya sama seperti berjihad di jalan ALLAH. Tidak ada pengabdian yang lebih besar kepada ALLAH daripada menahan lapar dan dahaga.”

Sehubungan itu, sempena hari yang baik dan bulan yang baik ini marilah kita bersama-sama kembali kepada ajaran Islam dan amalan yang sebenarnya serta tidak terpengaruh dengan perkara yang melalaikan dan merugikan.

Sesungguhnya ketahuilah bahawa bulan Ramadan adalah bulan suci antara semua bulan dalam setahun dan ALLAH SWT menghendaki semua hambanya memenuhi bulan tersebut dengan amalan ibadat, ketaatan dan taqarrub kepadaNya untuk menyuci diri.

Kekenyangan yang berterusan dalam kehidupan seseorang akan memenuhi dan menyuburkan jiwanya dengan sifat-sifat keras hati dan keterlaluan dan semoga Ramadan ini akan dapat  membangunkan masyarakat Islam dengan sifat kasih sayang dan prihatin.

Sumber: Sinar Harian


via Bin Usrah

Keistimewaan Bulan Ramadhan Yang Rugi Kalau Kita Sia - Siakan




Bulan ramadhan  adalah "Syaidul Syuhur"  iaitu penghulu bulan. Apabila ia disebut sebagai penghulu, maka bererti ia melebihi dari bulan-bulan yang lain dari sudut fadhilat dan kelebihannya.

Di dalam Al-Quran ia disebut secara terang dan jelas berbanding bulan-bulan yang lain. Firman Allah dalam Surah al-Baqarah ayat 185:

"Bulan ramadhan yang  diturunkan al-Quran padanya, dimana al-Quran menjadi petunjuk kepada manusia dan yang menerangkan tentang pertunjuk dan yang membezakan antara hak dan batil "

Dalam bulan ramadhan terdapat banyak amalan-amalan yang tiada pada bulan lain malah digandakan pahalanya lebih dari bulan-bulan yang lain. Tidak hairanlah kalau dikatakan bahawa bulan ramadhan ini ialah bulan mendapat bonus dari Allah s.w.t. Sebab itu kita berusaha bersungguh-sungguh untuk mencapainya yang bukan hanya satu bonus yang ditawarkan malah sangat banyak dan berlipat kali ganda pula. Penjawat awam dapat duit raya setakat RM500 dan di Pulau Pinang RM 400. Kalaulah gaji seseorang RM3,000 maka sebenarnya kadar bonus RM500 itu hanya sekadar 1/6 dari gaji tidak sampaipun sekali ganda. Itupun kalau kita tak dapat heboh seluruh dunia.

Ini pula bonus Allah s.w.t yang akan kita dapat di negeri yang kekal abadi, Apakah kita tidak mahu merebutnya? Amalan yang sunat dibulan ramadhan adalah sama dengan ganjaran amalan wajib. Antara amalan yang terdapat pada bulan ramadhan yang tidak terdapat pada bulan lain ialah puasa, zakat fitrah,  kelebihan beramal pada lailatul kadar dan solat tarawih. Allah s.w.t memberikan ganjaran kepada hambanya bagi satu amalan yang baik ialah dengan 10 pahala ( 10 kali ganda ) sehingga kepada 700 pahala dan lebih dari itu. Di dalam Al-quran Allah s.w.t berfirman dalam Surah Al-Baqarah  ayat 261      :

"Bandingan (derma atau nafkah) orang-orang yang membelanjakan hartanya pada jalan Allah, ialah seumpama sebiji benih yang menumbuhkan tujuh batang tangkai, setiap tangkai itu mengandungi 100 biji. Allah melipatkan pahala bagi siapa yang dikehendakiNya dan Allah Maha Luas( kurnianya ) lagi Maha Mengetahui "

Maknanya satu amal kebajikan Allah beri bonus paling minima dengan 10 kali ganda sehingga 700 kali ganda dan lebih lagi . Contohnya mereka yang melakukan ibadat di Masjidil Haram Makkah akan diganjar dengan 100,000 ganjaran. Bayangkan jika dilakukan pada bulan ramadhan. Mana ada Syarikat di dunia ini yang boleh beri kita bonus sebanyak itu. Malah Multi Level markerting (MLM) pun tidak dapat memberi pulangan dan kelebihan sebesar itu.

Lailatul qadar diberi oleh Allah s.w.t pada bulan ramadhan dengan pahala yang lebih baik dari seribu bulan. Bayangkan kalau 1000 bulan dijadikan tahun, maka jumlahnya ialah 83 tahun 3 bulan. Umur manusia akhir zaman pun kebanyakan tidak akan sampai ke tahap itu sebagaimana disebutkan oleh nabi s.a.w:

"Umur umatku adalah antara 60 hingga 70 tahun"

 Allah s.w.t menyatakan di dalam Surah al-qadr :

"Sesungguhnya kami telah menurunkan al-quran pada malam qadar. Dan apakah engkau dapat mengetahui apa dia kebesaran malam qadar itu?. Malam Qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu, para malaikat dan Jibril turun dengan izin tuhan mereka,untuk mengatur segala urusan. Sejahteralah malam (yang berkat) itu hingga terbit fajar"

Membaca al-Quran misalnya diganjar oleh Allah s.w.t pada setiap huruf yang dibaca dengan satu kebajikan dan seterusnya digandakan dengan 10 kebajikan. Rasulullah s.a.w bersabda:

"Sesiapa yang membaca satu huruf dari al-Quran baginya satu kebaikan dan satu kebaikan itu digandakan denga sepuluh. Aku tidak mengatakan : Alif Lam Mim itu satu huruf, tetapi alif itu satu huruf, lam itu satu huruf dan mim itu satu huruf"

Orang yang bersedekah pada bulan ramadhan juga diganjar pahala yang berlipat ganda sebagaimana rasulullah s.a.w telah bersabda:

"Sesiapa yang bersedekah menyediakan makanan bagi orang yang berpuasa, maka baginya pahala sebanyak mana orang yang berpuasa itu tanpa dikurangi pahala mereka"

Maka apakah kelebihan dan tawaran yang dioffer oleh Allah s.w.t pada bulan ramadhan ini kita tidak berlumba-lumba untuk merebutnnya.

Sumber: Jais


via Bin Usrah