Nama lengkapnya adalah Raziyya al-Din atau Jalâlat ud-Dîn Raziyâ (dalam tulisan Perso-Arabic ditulis sebagai: جلاله الد دین رضیه), sedangkan dalam tulisan hindiri ditulis sebagai: जलालत उद-दीन रज़िया),
Razia Sultan dilahirkan di Badaun pada tanggal 13 Oktober 1205 M dan wafat pada tahun 1240 di usia yang relatif masih muda, yaitu 35 tahun.
Meski berusia singkat, namun namanya dikenal sebagai salah satu tokoh abadi dalam sejarah tanah Hindustan, Razia Sultan menjabat sebagai Ratu Kesultanan Delhi dari tahun 1236 menggantikan ayahnya Shamsuddin Iltutmish, dan jabatan Ratu tersebut ia pegang hingga akhir hayatnya.
Sultana Razia dikenal sebagai penguasa yang bijaksana, berbakat, pemberani, ulung dalam mengatur administrasi negara.
Sejarah menyebutkan bahwa ia adalah seorang pemberani, kendati dirinya seorang wanita. Di masa kekuasaannya, ia mengenakan tunik yang biasa dipakai para pria sebagai hiasan kepala. Di medan tempur, ia pun tak segan-segan menunjukkan wajahnya saat ia naik atas gajah tempur ketika hendak menuju medan.
Ayahnya, Iltutmish (1210-1236) dikenal rakyat sebagai seorang ayah yang penuh kasih sayang. Ketika sang putri lahir, ia membuat perayaan besar untuk menyambut kelahiran sang putri setelah bertahun-tahun tidak dikaruniai anak perempuan. Ia turun tangan langsung mendidik sang putri hingga berusia 13. Di usia tersebut, Razia sudah dikenal sebagai seorang pemanah handal, penunggang kuda yang cekatan dan kerap menemani sang ayah dalam ekspedisi militer.
Sang ayah pernah mengatakan:
"Walaupun anakku seorang perempuan, tapi ia ia lebih baik dari pada kebanyakan laki-laki"
Suatu ketika dalam sebuah pertempuran, Sang ayah yang tengah sibuk mengepung benteng Gwalior, hingga ia pun dipercayakan mempercayakan pemerintahan di Delhi kepada Razia. Sekembalinya sang ayah dari pertempuran itu, Beliau pun sangat terkesan dengan apa yang telah dikerjakan putrinya yang mengurus kerajaan dengan baik, hingga ia pun memutuskan untuk menunjuk Razia sebagai penggantinya.
Namun, ketika sang ayah wafat, Tahta kerajaan justru tidak jatuh ke tangannya, tapi direbut oleh saudaranya yang bernama Ruknuddin Fairuz. Namun pemerintahan Ruknuddin hanya berlangsung selama 7 bulan, sebab rakyat memberontak dan tidak senang dengan kelakuannya, hingga akhirnya rakyat memberikan mandat kepada Razia untuk diangkat menjadi Sultana pada tanggal 10 November 1236 dengan dukungan seluruh rakyat Delhi.
Selama memerintah, ia menjalankan kebijakan yang mengagumkan. Ia mengatur hukum dengan sebaik-baiknya dan menjalankan roda pemerintahan dengan baik.
Dikenal sebagai sosok yang disiplin, ia mencoba meningkatkan infrastruktur negara dengan mendorong kemajuan di sektor perdagangan, membangun jalan, menggali sumur-sumur dan sebagainya. Razia juga mendirikan sekolah-sekolah, akademi, pusat penelitian, dan perpustakaan umum yang mencakup karya-karya filsuf klasik, juga pelajaran-pelajaran Al-Quran dan hadits.
Selain itu, ia juga memerintahkan untuk mempelajari keilmuan, termasuk mempelajari literatur Hindu, filsafat, astronomi, dan sastra di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang ia dirikan. Razia dikenal luas memberikan kontribusi besar di bidang seni dan budaya dan menghargai para penyair, pelukis dan musisi.
Bagaimana dengan kehidupan asmara sang Ratu Razia? Adalah seorang pria bernama Jamaluddin Yaqut, seorang budak Siddi Afrika yang naik taraf menjadi bangsawan dikenal menjadi sosok yang dekat dengan Razia. Keduanya diduga menjalin hubungan secara sembunyi-sembunyi.
Namun hubungan itu tidak disenangi oleh Malik Ikhtiaruddin Altunia, Gubernur Bhatinda. Ia menentang hubungan Razia dengan Yaqut. Konon, Altunia dan Razia merupakan sahabat masa kecil, mereka tumbuh bersama dan diam-diam Altunia jatuh cinta dengan Razia. Ia pun memberontak ke Delhi yang diduga didasari motif asmara. Dalam pemberontakan yang berlangsung cepat itu, Yaqut dibunuh dan Razia dipenjara oleh Altunia.
Makan Razia Sultan di Old Delhi
Akhir kehidupan Razia berlangsung cukup tragis, setelah takluk pasca pemberontakan, ia akhirnya mundur dan kakaknya Muizzuddin Bahram mengambil alih kekuasaan sebagai Sultan Delhi.
Setelah itu, Razia pun menikah dengan Altunia. Setelah pernikahan, keduanya mencoba merebut kekuasaan dari Bahram, tapi sayang keduanya kalah pada tanggal 13 Oktober 1240, dan keesokan harinya ia dihukum mati pada tanggal 14 Oktober 1240..
Meskipun pemerintahannya hanya berlangsung selama sekitar tiga tahun, namun keberanian dan perjuangannya telah menginspirasi para wanita-wanita di India, sehingga namanya diabadikan dalam sejarah Hindustan. Makam Sultan Razia di kota Delhi dijadikan sebagai situs sejarah dan menjadi tempat yang inspirtaif guna menghidupkan kembali semangat wanita pemberani yang memerintah Delhi.
Sejarah kehidupan Razia Sultan pernah diangkat ke film layar lebar beberapa kali dan mendapat sambutan baik dari masyarakat.
Setelah itu, Razia pun menikah dengan Altunia. Setelah pernikahan, keduanya mencoba merebut kekuasaan dari Bahram, tapi sayang keduanya kalah pada tanggal 13 Oktober 1240, dan keesokan harinya ia dihukum mati pada tanggal 14 Oktober 1240..
Meskipun pemerintahannya hanya berlangsung selama sekitar tiga tahun, namun keberanian dan perjuangannya telah menginspirasi para wanita-wanita di India, sehingga namanya diabadikan dalam sejarah Hindustan. Makam Sultan Razia di kota Delhi dijadikan sebagai situs sejarah dan menjadi tempat yang inspirtaif guna menghidupkan kembali semangat wanita pemberani yang memerintah Delhi.
Sejarah kehidupan Razia Sultan pernah diangkat ke film layar lebar beberapa kali dan mendapat sambutan baik dari masyarakat.
Sumber : putramelayu